Ai Diantani & Peluang Menjadi Bupati Tasikmalaya: Regenerasi Kepemimpinan "
Targetinfonews com
SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(26/02/2925). Analis & Pemerhati politik tasik utara Acep Sutrisna, mengatakan bahwa peta politik Kabupaten Tasikmalaya semakin dinamis menjelang Pemungutan Suara Ulang ( PSU ) pada bulan April mendatang.
Menyrutnya salah satu nama yang kini santer dibicarakan adalah Ai Diantani, istri dari Ade Sugianto, Bupati Tasikmalaya yang kemenangannya dianulir oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Jika partai politik yang sebelumnya mendukung Ade kini beralih ke Ai Diantani, maka peluangnya untuk memimpin Kabupaten Tasikmalaya semakin besar.
Namun, muncul pertanyaan yang mengusik: Apakah pencalonan Ai Diantani merupakan regenerasi kepemimpinan atau justru politik dinasti dalam bentuk baru, Acep menambahkan.
Dinamika Politik: Jalan Mulus untuk Ai Diantani.
Sebagai istri Bupati, Ai Diantani memiliki keuntungan politik yang tidak bisa diabaikan. Kedekatannya dengan struktur kekuasaan, jaringan politik yang telah dibangun oleh suaminya, serta pengalaman sebagai pendamping kepala daerah bisa menjadi modal besar untuk melanjutkan program yang telah berjalan.
Namun, di sisi lain, pencalonannya juga menimbulkan perdebatan. Banyak pihak menilai bahwa ini bukan sekadar regenerasi kepemimpinan, melainkan politik dinasti dalam kemasan baru. Jika partai-partai kembali mengusung Ai hanya karena faktor keterkaitan dengan Ade Sugianto, maka ini bisa menjadi preseden buruk bagi demokrasi lokal.
Tasikmalaya dan Sejarah Kepemimpinan: Saatnya Perempuan Memimpin?
Menariknya, sepanjang sejarah Kabupaten Tasikmalaya, belum pernah ada seorang perempuan yang menduduki jabatan bupati. Sejak daerah ini resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia setelah transisi dari Kerajaan Sukapura pada 1947, kepemimpinan daerah selalu dipegang oleh laki-laki.
Jika Ai Diantani benar-benar maju dan menang, ia akan menjadi bupati perempuan pertama dalam sejarah Kabupaten Tasikmalaya. Ini bisa menjadi momentum besar bagi kesetaraan gender dalam politik lokal. Namun, keberhasilan ini tidak boleh hanya menjadi simbol semata—harus ada bukti nyata bahwa kepemimpinannya mampu membawa perubahan dan inovasi bagi Tasikmalaya.
Politik Dinasti vs Regenerasi Kepemimpinan: Dimana Batasnya?
Dalam politik Indonesia, politik dinasti bukan hal baru. Banyak daerah yang kepala daerahnya digantikan oleh anggota keluarganya sendiri. Sebagian masyarakat menilai ini sebagai upaya mempertahankan kekuasaan, bukan regenerasi yang sehat.
Namun, di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa politik dinasti tidak selalu buruk. Jika seorang pemimpin baru lahir dari lingkungan politik yang sudah mapan tetapi tetap memiliki kapasitas, kompetensi, serta visi yang jelas untuk daerahnya, maka hal tersebut bisa dianggap sebagai bentuk regenerasi kepemimpinan yang wajar.
Kesimpulan: Pilihan Ada di Tangan Rakyat
Apakah pencalonan Ai Diantani nanti benar-benar membawa angin segar untuk Tasikmalaya atau sekadar memperpanjang kekuasaan keluarga tertentu? Jawabannya ada di tangan rakyat. Masyarakat harus lebih kritis dalam melihat rekam jejak calon pemimpin dan tidak mudah terpengaruh oleh strategi politik yang hanya mengandalkan popularitas.
Pilkada 2025 bukan hanya soal siapa yang menang, tetapi juga tentang masa depan Kabupaten Tasikmalaya. Jika regenerasi kepemimpinan benar-benar terjadi, maka kepemimpinan baru harus membawa perubahan nyata. Namun, jika politik dinasti yang dominan, maka rakyat harus berpikir ulang: Apakah ini saatnya memberikan kesempatan kepada figur lain?
Yang jelas, siapa pun pemimpinnya, Tasikmalaya butuh sosok yang berani, inovatif, dan mampu membawa perubahan nyata.
IWAN SINGADINATA.
(KONTRIBUTOR BERITA)
@ AI SIANTANI
@ ADE SUGIANTO
@ PARTAI DEMOKRAS ININDONESIA PERJUANGAN
(PDIP)
@ PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)
@ KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KABUPATENBTASIKMALAYA
@ BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM (BAWASLU) KABUPATEN TASIKMALAYA
@ KOMUNIKASI DAN INFORMASI (KOMINFO) KANUPATEN TASIKMALAYA
@ WARGA KABUPATEN TASIKMALAYA
#PUNLIK,# SEMUORANG